Di sekitar tahun 80-an, peredaran gambar-gambar telanjang hanya menggunakan media kertas sebagai perantara misalnya majalah porno seperti Playboy, kartu wayang, dan lembaran kertas yang dijual di terminal-terminal kota.
Kini dengan semakin canggihnya media elektronik membuat peredaran gambar-gambar tersebut beralih dari media kertas ke media elektronik. Sebuah gambar tidak lagi berwujud di atas kertas tetapi sudah menjadi bit-bit file yang tersimpan dengan aman di dalam folder-folder komputer. Maraknya handphone berkamera dan fasilitas transfer data antara handphone membuat gambar-gambar telanjang tersebut bisa dengan mudahnya masuk ke dalam setiap rumah tangga.
Merebaknya gambar-gambar seronok secara bebas dimulai ketika internet memasuki gaya hidup orang-orang kota. Media tanpa batas ini turut memberi andil yang sangat besar atas begitu mudahnya gambar dan foto telanjang cewek-cewek Indonesia menyebar ke seluruh dunia.
Tetapi kini, melihat-lihat gambar perempuan telanjang bukan lagi hal tabu. Dimana-mana, di sekolah, di kantor, di kampus gambar-gambar porno itu beredar luas. Oleh mahasiswa, pegawai kantor, siswa, pria maupun wanita. Gambar telanjang tidak lagi menjadi fenomena luar biasa.
Sebuah foto atau gambar biasanya beredar karena ulah usil dari sang pria tetapi tidak sedikit kejadian karena kekhilafan dari si wanita sendiri. Karena ingin melihat foto diri sendiri, seorang cewek terkadang membuat gambar dirinya dalam keadaan telanjang. Di beberapa kasus, foto-foto tersebut malah beredar setelah handphonenya hilang atau ketika di bawa ke counter handphone.
Peredaran foto seksi banyak juga melalui Media Pertemanan seperti Friendster dan Facebook. Situs-situs online ini memiliki fasilitas upload foto dan video. Walau melarang menyimpan foto telanjang dan bugil ada saja foto-foto yang lolos sensor. Yang paling parah adalah jika foto tersebut di copy oleh orang tidak bertanggung jawab dan kemudian disebarluaskan melalui situs situs porno.
Spoiler: