cerita saat para nyonya berbagi foto seperti yang di sadur dari sehatnews.com dan ini Bukan foto dia dengan teman atau kerabatnya, tapi foto penis selingkuhannya Perkembangan teknologi komunikasi rupanya juga mengubah dunia pergosipan di antara para istri. Salah satunya adalah kehadiran handphone, yang memungkinkan mereka berkirim gambar secara mudah, cepat dan murah.
Di antara para sahabat, teman dekat, satu kelompok senam, satu grup arisan dan lain-lain itu timbul kebiasaan baru. Yaitu saling berkirim foto diri, berkaitan dengan kegiatan mereka pada hari itu.
Narcis is the best, begitu kira-kira pedoman mereka. Misalnya, ada yang kirim foto model rambut barunya, pamer makan siang bareng orang beken, membanggakan puding kreasinya, foto ekspresi lucu anaknya, dan sebagainya. Nah, di antara foto-foto yang saling dipertukarkan di antara para sahabat itu ternyata adalah foto penis lelaki.
Berbagi informasi memang menjadi salah satu pengikat kelompok sahabat ini. Dan di antara mereka seperti terikat oleh kode etik, bahwa mereka bisa berbagi rahasia apa saja, tapi rahasia itu hanya mereka saja yang mengetahuinya. Maka mereka saling memberi tahu, si A lagi selingkuh dengan siapa, si B bubar dengan selingkuhannya, si C habis melakukan casual sex dengan koleganya waktu dinas ke luar negeri, si D sudah kapok selingkuh, si F tidak pernah tergoda untuk selingkuh, dan sebagainya.
Tapi, apa uniknya foto penis? Bukankah banyak foto penis di internet yang bisa diunduh dan dikirim? Ternyata bukan. Foto itu merupakan hasil karya seorang nyonya, saat ia berkencan dengan seorang pengacara yang lumayan punya nama di Jakarta.
"Foto ini aku ambil waktu dia tidur kelelahan habis main dua ronde. Lihat dong, tidur saja besarnya segitu, apalagi kalau pas bangun...." begitu bunyi SMS yang menyertai tiga foto penis seorang pria 40-an tahun. Ada yang close up dari atas, ada yang setengah badan ke bawah, ada yang dari samping.
Maka ramailah para istri yang tergabung dalam satu grup arisan itu. Mereka saling mengonfirmasi, sudah dapat kiriman foto penis apa belum. Kalau ada yang belum dapat, maka saat itu pula segera dikirimi.
Bermacam-macam komentar yang saling mereka pertukarkan, berkaitan dengan foto penis itu. Antara lain begini:
"Pantesan dia sering ke Jakarta, lha wong dapat yang mantap begitu."
"Duuuh... seandainya punya suamiku segede itu...."
"Kok bisa-bisanya dapat yang segede itu ya?"
"Wuiih... gede banget, bo!"
"Itu asli apa palsu sih?"
"Maaauuuuuuu.......!!!"
"Ada campur tangan mak erot 'kali?"
"Boleh pinjam nggak sih? hahaha....."
Dan lain-lain, dan sebagainya. Intinya, foto penis yang dikirimkan itu menimbulkan kehebohan di antara teman-teman satu grup itu. Diam-diam para nyonya itu menikmati kiriman foto tersebut, dan entah apa yang ada dalam benak mereka.
Yang menarik, pada suatu hari, salah satu di antara mereka ada yang bercerita begini:
"Tadi aku lihat si itu ada di TV. Sialan! Aku langsung terbayang ukuran pestol dia...." katanya disambut tawa teman-temannya. Dan sekali lagi, ukuran penis yang panjang dan besar itu menjadi topik perbincangan hangat kembali di antara para nyonya.
Tampaknya, ukuran masih tetap menjadi obsesi banyak lelaki maupun perempuan. Mereka yang berbeda jenis kelamin itu sama-sama mengira bahwa ukuran penis yang besar dan panjang itu berarti pasti memberikan kepuasan seksual yang juga dahsyat, seperti ukurannya.
Padahal, ukuran penis bukan jaminan kepuasan seksual. Selama penis seorang pria bisa ereksi dengan kuat, dan ereksinya dapat dipertahankan hingga wanita yang menjadi pasangan seksualnya mencapai orgasme, maka seorang laki-laki disebut poten; berapa pun ukuran penisnya.
Ingat, ukuran besar dan panjang saja tidak cukup. Dia juga harus berfungsi secara baik!
Tweet
Di antara para sahabat, teman dekat, satu kelompok senam, satu grup arisan dan lain-lain itu timbul kebiasaan baru. Yaitu saling berkirim foto diri, berkaitan dengan kegiatan mereka pada hari itu.
Narcis is the best, begitu kira-kira pedoman mereka. Misalnya, ada yang kirim foto model rambut barunya, pamer makan siang bareng orang beken, membanggakan puding kreasinya, foto ekspresi lucu anaknya, dan sebagainya. Nah, di antara foto-foto yang saling dipertukarkan di antara para sahabat itu ternyata adalah foto penis lelaki.
Berbagi informasi memang menjadi salah satu pengikat kelompok sahabat ini. Dan di antara mereka seperti terikat oleh kode etik, bahwa mereka bisa berbagi rahasia apa saja, tapi rahasia itu hanya mereka saja yang mengetahuinya. Maka mereka saling memberi tahu, si A lagi selingkuh dengan siapa, si B bubar dengan selingkuhannya, si C habis melakukan casual sex dengan koleganya waktu dinas ke luar negeri, si D sudah kapok selingkuh, si F tidak pernah tergoda untuk selingkuh, dan sebagainya.
Tapi, apa uniknya foto penis? Bukankah banyak foto penis di internet yang bisa diunduh dan dikirim? Ternyata bukan. Foto itu merupakan hasil karya seorang nyonya, saat ia berkencan dengan seorang pengacara yang lumayan punya nama di Jakarta.
"Foto ini aku ambil waktu dia tidur kelelahan habis main dua ronde. Lihat dong, tidur saja besarnya segitu, apalagi kalau pas bangun...." begitu bunyi SMS yang menyertai tiga foto penis seorang pria 40-an tahun. Ada yang close up dari atas, ada yang setengah badan ke bawah, ada yang dari samping.
Maka ramailah para istri yang tergabung dalam satu grup arisan itu. Mereka saling mengonfirmasi, sudah dapat kiriman foto penis apa belum. Kalau ada yang belum dapat, maka saat itu pula segera dikirimi.
Bermacam-macam komentar yang saling mereka pertukarkan, berkaitan dengan foto penis itu. Antara lain begini:
"Pantesan dia sering ke Jakarta, lha wong dapat yang mantap begitu."
"Duuuh... seandainya punya suamiku segede itu...."
"Kok bisa-bisanya dapat yang segede itu ya?"
"Wuiih... gede banget, bo!"
"Itu asli apa palsu sih?"
"Maaauuuuuuu.......!!!"
"Ada campur tangan mak erot 'kali?"
"Boleh pinjam nggak sih? hahaha....."
Dan lain-lain, dan sebagainya. Intinya, foto penis yang dikirimkan itu menimbulkan kehebohan di antara teman-teman satu grup itu. Diam-diam para nyonya itu menikmati kiriman foto tersebut, dan entah apa yang ada dalam benak mereka.
Yang menarik, pada suatu hari, salah satu di antara mereka ada yang bercerita begini:
"Tadi aku lihat si itu ada di TV. Sialan! Aku langsung terbayang ukuran pestol dia...." katanya disambut tawa teman-temannya. Dan sekali lagi, ukuran penis yang panjang dan besar itu menjadi topik perbincangan hangat kembali di antara para nyonya.
Tampaknya, ukuran masih tetap menjadi obsesi banyak lelaki maupun perempuan. Mereka yang berbeda jenis kelamin itu sama-sama mengira bahwa ukuran penis yang besar dan panjang itu berarti pasti memberikan kepuasan seksual yang juga dahsyat, seperti ukurannya.
Padahal, ukuran penis bukan jaminan kepuasan seksual. Selama penis seorang pria bisa ereksi dengan kuat, dan ereksinya dapat dipertahankan hingga wanita yang menjadi pasangan seksualnya mencapai orgasme, maka seorang laki-laki disebut poten; berapa pun ukuran penisnya.
Ingat, ukuran besar dan panjang saja tidak cukup. Dia juga harus berfungsi secara baik!
0 comments:
:ilovekaskus :iloveindonesia :kiss :maho
:najis :nosara :marah :berduka
:malu: :ngakak :repost: :repost2:
:sup2: :cendolbig :batabig :recsel
:takut :ngacir2: :shakehand2: :bingung
:cekpm :cd :hammer :peluk
:toast :hoax: :cystg :dp
:selamat :thumbup :2thumbup :angel
:matabelo :mewek: :request :babyboy:
:babyboy1: :babymaho :babyboy2: :babygirl
:sorry :kr: :travel :nohope
:kimpoi :ngacir: :ultah :salahkamar
:rate5 :cool :bola
by Pakto
:mewek2: :rate-5 :supermaho :4L4Y
:hoax2: :nyimak :hotrit :sungkem
:cektkp :hope :Pertamax :thxmomod
:laper :siul :2malu: :ngintip
:hny :cendolnya
by misterdarvus
:maintenis: :maintenis2: :soccer :devil
:kr2: :sunny
Posting Komentar