skip to main |
skip to sidebar
19.01
FIQIH TABAH .A.
No comments
KETIKA masa Perang Dunia II, di Paris berdiri Soldatenkaffe der Kommandantur Gross (kafe khusus petinggi tentara Jerman). Ternyata, kafe berbau rasisme itu ada di Bandung.
Lokasi kafe tepatnya berada di kawasan Paskal Hyper Square. Namun, kafe ini tentu tidak menyuarakan rasisme, karena siapa pun boleh bersantai di dalamnya.
“Nama kafe ini memang mengadopsi nama kafe di Paris pada masa Perang Dunia II,” terang Henry Mulyana, pemilik kafe Soldatenkaffe der Kommandantur Gross, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini.
Menu makanan yang ditawarkan tak jauh berbeda dengan kafe pada umumnya yang berada di Kota Kembang, yakni beragam menu makanan khas Indonesia. Bedanya, tentu ada makanan khas Jerman. Selain itu, sebagai ciri khas, kafe turut menyediakan minuman khas yakni bir Belgia (hoegaarden) dan bir Jerman (erdinger).
Menurut Henry, kafe menggunakan konsep kombinasi budaya Indonesia dan Jerman. Interior kafe diisi dengan media berisi sejarah. Para pengunjung juga bisa menonton film-film perang karena pemilik kafe menyediakan sekira 30 judul film bernuansa perang yang siap diputar sambil menyantap welcome food.
Memasuki Soldatenkaffe, Anda seperti masuk ke museum Perang Dunia II. Pengunjung bisa menemui para tentara Jerman dalam bentuk foto dan poster, action figure atau boneka-boneka yang menyerupai para petinggi tentara Jerman.
Berbagai benda yang pernah dipakai para tentara Jerman pada masa Perang Dunia II juga menjadi hiasan interior Soldatenkaffe, seperti pakaian, lukisan, hingga tempat makan yang selalu dibawa oleh para tentara Jerman. Dan, tentu saja swastika kebanggaan Hitler, yakni bendera merah berlambang Nazi.
“Selain menjadi museum, tempat ini sekaligus jadi tempat nongkrong anak-anak muda, makanya saya menyediakan menu makanan berat, minuman, sampai camilan,” ujar Henry.
Didirikannya Soldatenkaffe berawal dari hobi Henry yang gemar mengoleksi barang-barang militer yang digunakan para tentara Jerman. Barang-barang yang dipajang di
Soldatenkaffe der kommandantur gross bukan sekedar tiruan, karena sebagian
benar-benar asli sebagai barang yang pernah digunakan oleh tentara Jerman. Misalnya, lukisan yang sudah ada sejak masa perang, foto-foto juga hasil cetakan dari film aslinya sekira era 1940-1945. Kepada tiap pengunjung, dengan senang hati Henry menjelaskan setiap benda koleksinya itu.
“Banyak turis-turis asing yang masuk ke sini tanpa memesan apapun, hanya melihat-lihat sambil foto-foto lalu keluar lagi,” tuturnya
0 comments:
:ilovekaskus :iloveindonesia :kiss :maho
:najis :nosara :marah :berduka
:malu: :ngakak :repost: :repost2:
:sup2: :cendolbig :batabig :recsel
:takut :ngacir2: :shakehand2: :bingung
:cekpm :cd :hammer :peluk
:toast :hoax: :cystg :dp
:selamat :thumbup :2thumbup :angel
:matabelo :mewek: :request :babyboy:
:babyboy1: :babymaho :babyboy2: :babygirl
:sorry :kr: :travel :nohope
:kimpoi :ngacir: :ultah :salahkamar
:rate5 :cool :bola
by Pakto
:mewek2: :rate-5 :supermaho :4L4Y
:hoax2: :nyimak :hotrit :sungkem
:cektkp :hope :Pertamax :thxmomod
:laper :siul :2malu: :ngintip
:hny :cendolnya
by misterdarvus
:maintenis: :maintenis2: :soccer :devil
:kr2: :sunny
Posting Komentar